Jumat, 28 Desember 2012

success story

Assalamu’alaikum. Wr.Wb A. Journey Menuju Langkah Besar Kesuksesan
Jika setiap yang terjadi dalam kehidupan kita adalah kumpulan dari pilihan-pilihan yang kita pilih sebelumnya. Memang selalu ada hukum sebab-akibat dalam setiap kehidupan yang terjadi sesuai dengan hukum Newton III bahwa ada aksi maka ada reaksi. Mozaik-mozaik dari setiap pilihan kita sebagai aksi yang akan menimbulkan reaksi. Kesuksesanku saat ini adalah sesuai dengan hukum aksi reaksi itu dengan ada aksi lain dari sebagai gaya luar yang mempengaruhi setiap aksi yang aku lakukan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Saat pendidikan pesantren dianggap tidak bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman, tidak bisa memfasilitasi pendidikan anak-anaknya untuk menjadi manusia unggulan yang hebat secara intelektual, dan tidak bisa masuk perguruan tinggi kelas elit. Namun tidak bagi keluargaku. Aku calon Hj. Annisa Permata Sari, M.Pd, Lc (amin). Pendidikan pesantren bagi keluargaku terutama mamahku yang tulus mencintai anaknya, ingin agar anaknya tidak hanya cerdas secara intelektual tapi juga memiliki bekal agama yang memadai sehingga menjadi insan sukses yang berakhlak mulia. Dialah ibu terhebat, sosok motivator dalam hidupku, ibu sekaligus guru dalam mengarungi hidupku. Melihat sahabat-sahabat masuk SMP favorit ada gejolak dan prasangka saat ibuku menyuruhku untuk masuk pesantren. Kayaknya seperti di sinetron-sinetron tiba-tiba datang setan dan malaikat cekcok berebut untuk membisikan sesuatu ke telingaku, “wah, kacian ya ibumu sudah tidak sayang lagi sama kamu makannya kamu dibuang ke pesantren bilang aja ga mau gitu” bisik setan. Malaikat bilang,“ tidak nak yakin itu yang terbaik bagimu dia kamu menjadi anak yang sholehah dan memiliki banyak teman di tempat yang jauh dari rumah”. Galau (god always listening always understanding) melanda, ‘bismillah…Alloh mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya’. Antara rumah dan pesantren sangat jauh perjalanan Garut-Tasikmalaya tapi ibuku mengantar aku ke pesantren Al-Furqon Tasikmalaya untuk testing. Tak banyak harap untuk masuk atau tidak aku yakin hasilnya nanti adalah yang terbaik bagiku. Ternyata aku lulus seleksi testing. Ada rasa bahagia dalam diri ada rasa sedih juga akan hidup jauh dari rumah. Saat itu cap seorang santri terpatri dalam diri. Kalau bukan santri mana mungkin bisa dapat beasiswa PBSB (Penerimaan Beasiswa Santri Berprestasi), bisa kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, punya banyak teman dari berbagai daerah. Jika pressback ke masa pesantren teringat kembali saat masuk pesantren begitu banyak pengorbanan yang diberikan ibuku, uang, tenaga, pikiran segalanya dia berikan agar aku bisa betah di pondok. Bagaimana perasaan dan dugaan tidak mungkin bisa betah tapi ternyata pesantren tidak seburuk yang ada dibayangkan. Suka, duka, teman-teman semuanya menjadi sesuatu yang dirindukan saat setelah keluar dari pondok. Kalau ada acara kumpul alumni menjadi kebahagiaan tersendiri untuk datang dan bertemu teman-teman seperjuangan selama enam tahun di sana. Semua pengorbanaan ibuku selama aku hidup di pondok, do’amu dalam setiap tahajud-tahajudmu mamah, dan berbagai hal yang engkau berikan untuk anakmu ini, seakan pecah bak momentum tumbukan yang terjadi pada bola billiard yang saling bertumbukan saat melihat di www.pondok pesantren.net di situ terpampang nama anaknya sebagai orang yang lolos seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Menjadi suatu kebanggaan bagi mamah dan bapaku. Mereka dengan bangganya menceritakan bahwa anaknya dapat beasiswa kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) kepada keluarga, teman, tetangga, atau bahkan mungkin seantero jagat rayapun tahu. Ada rasa bangga tersendiri, ketika melihat ibuku memelukku mengucapkan selamat padaku, bibirnya merekah manis tersenyum kepadaku seakan semua beban yang dialaminya selama ini koncah terhapuskan dan berjuta harapan terpatri dalam diri bahwa “aku tidak boleh mengecewakan kedua orang tuaku sungguh takdir-Mu Ya Rabb sangat indah pada waktunya, mungkin kalau dulu aku menolak untuk sekolah di pesantren belum tentu dapat beasiswa di UPI jurusan Pendidikan Fisika, semoga bisa sukses dunia akhirat, lulus 4 tahun S1 di UPI dengan Cumlaude di tahun 2015 (amin ya Rabbal’alamin)”. Memang benar hidup terdiri dari pilihan-pilihan dan kita saat ini hasil dari pilihan-pilihan yang kita lewati sebelumnya. Serasa menjadi orang yang paling beruntung, karena menjadi orang pertama dari pesantrenku yang bisa masuk PBSB dan dapat lulus diantara sekian banyak yang daftar beasiswa ini. Terekam kembali suasana di kelas saat pelajaran Biologi, guru Biologi berkata, “ saat lahirpun kita sudah menjadi pemenang” bisa menjadi pemenang diantara berjuta-juta sperma yang berusaha melewati semua hambatan dan rintangan untuk bisa menjadi sang pemenang dan hanya satu pemenang yang lolos. Itu aku. Mungkin atmosfer menjadi pemenang pada saat lulus seleksi PBSB seperti halnya saat menjadi pemenang lomba marathon di rahim ibu dulu.lol Lomba marathon itu sama halnya saat bersama teman-teman testing di MAN 1 Cijerah Bandung. Bersama ke enam temanku dan kepala sekolah yang mengantarkan kami sekaligus yang mengemudi mobil yang kami naiki untuk testing. Rela tidur berdesak-desakan di dalam mobil karena tidak ada tempat untuk menginap di H-1 testing PBSB. Tak tega melihat kepala sekolah kami yang tidur di luaran masjid karena saking banyaknya orang-orang yang ada di masjid untuk testing besok. Akhirnya selama menunggu pengumuman lulus atau tidaknya di PBSB ibuku pun mendaftarkanku untuk SNMPTN. Saat itu adalah hari terakhir pendaftaran SNMPTN. Pokoknya benar-benar ibuku memberi dukungan penuh untuk tetap semangat dan selalu bertawakal pada Alloh SWT. Satu hari sebelum hari tes SNMPTN dilaksanakan, tiba-tiba temanku memberitahukan bahwa nama Annisa Permata Sari ada di daftar orang-orang yang masuk UPI lewat jalur PBSB. Alhamdulillah di hari Khataman adalah hari yang ditunggu-tunggu tapi juga hari detak-detik tirai putih abu-abu berlalu. Enam tahun sudah berjuang bersama-sama teman-teman di pondok akhirnya mencapai titik finish juga. Tapi tidak akan kacang lupa akan kulitnya pasti akan kembali ke pondok setelah empat tahun berlangsung kuliah dan lulus. Suka duka bersama teman-teman selama di pondok kenangan yang tak akan terlupa. Ada pertemuan pasti ada perpisahan. B. Kehidupan Kampus Bahagia sekali bisa memakai masuk Perguruan tinggi dan bisa lulus tepat 4 tahun di tahun 2015 nanti (amin ya Rabbal’alamin) memakai toga. Memakai toga adalah suatu kehormatan bahkan ada kebangga tersendiri. Menurut yang saya tahu ada alasan kenapa warna toga hitam, topi wisuda berbentuk segi lima dan saat wisuda ada ritual pemindahan tali topi dari kiri ke kanan tenyata ada makna dari setiap hal tersebut. Kenapa toga tidak warna putih? Ya mungkin kalau warna putih toge namanya. Krik..krik.. Ternyata warna hitamnya itu adalah lambang kehormatan pada bangsawan pada waktu dulu Karena tidak semua orang bisa memakai toga hanya orang-orang tertentu, topi toga yang berbentuk segi lima melambangkan bahwa harus memiliki pengetahuan lebih banyak dari yang lain dan memiliki pendirian serta pemikiran yang kreatif dan berbeda-beda sehingga wawasan yang dimilikinya luas. Terus ritual pemindahan tali topi dari kiri ke kanan yaitu sebagai lambang akan adanya perubahan pemikiran dari otak kiri yang dominan terhadap kerja intelektual akan berubah menjadi perkembangan daya kreatif sesuai dengan kerja otak di sebelah kanan yaitu kecerdasan emosional dan seni. Sehingga diharapkan mampu menciptakan perubahan-perubahan yang dilandasi pengetahuan, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Maka rasa bahagia memiliki kesempatan untuk menjadi agen of change dan memiliki kehormatan seperti arti dari semua hal tentang toga wisuda. Saat pertama kuliah banyak sekali hal yang perlu adaptasi dengan perubahan yang terjadi dari santri ke mahasiswa walaupun sebenarnya title santri itu abadi. Mulai dari kehidupan kampus, lingkungan yang berbeda, gaya hidup, tantangan dan problema yang terjadi. Dulu menjadi orang yang berpengaruh di kelas atau bisa berprestasi di kelas dapat diraih dengan mudah namun sekarang perlu ektra usaha kalau tidak mau tertinggal karena yang dihadapi adalah orang-orang dari berbagai sekolah unggulan dan berbagai daerah yang berbeda-beda. Tapi aku tetap bangga menjadi santri, bismillah tidak ada perbedaan dan tak usah minder karena toh sama-sama makan nasi, kalau memang basic sekolah mereka unggulan maka kita bisa jadi unggulan dunia akhirat (amin) selangkah mereka maka kita harus lari untuk mengejar langkah mereka. Perbedaan gaya hidup dan lingkungan berbeda 1800biasanya dengan mudah mendapatkan seonggok nasi tinggal turun ke dapur minta ke bibi dapur dapat jatah 2 lauk atau lebih tapi sekarang kalau mau makan perlu mikir-mikir, nyari-nyari terlebih dahulu. Gaya hidup pun berbeda jika dulu nyantai tapi sekarang harus gesit. Untung sekali banyak teman-teman yang hebat dan lebih religious dari aku padahal bukan basic pesantren, mereka menjadi pengingat dikala futur dan pemberi motivasi. Jadi dari segi lingkungan dan gaya hidup perlu banyak dukungan dan tidak asal-asalan memilih teman tapi jangan pilih-pilih juga sehingga tidak mau bergaul dengan orang lain. Karena teringat pesan mudirun ma’had pas masuk kelas dulu ‘ kamu bertanggung jawab akan keislaman di manapun kamu berada’. Rintangan selanjutanya adalah waktu walaupun waktu yang dimiliki setiap orang sama 24 jam namun penyesuaian dan pembagian waktu yang sulit dan menggelitik terjadi dalam deadline tugas kuliah dan kewajiban menjadi khalifah di muka bumi ini serta tujuan utama beribadah kepada Alloh SWT sering tidak bisa terkontrol dengan baik. Niatkan semua dengan baik karena kita sendiri yang akan membawa diri kita mau dibawa kemana. Berharap bisa dapat ilmu dari pencarian ilmu di kota orang ini berkah untuk kehidupan semua orang. Faham ilmunya dan dapat menjadi tambah dekat dengan Alloh SWT. Jika dibilang jurusan fisika itu susah memang susah tapi ini jurusan yang saya mau sewaktu MA dan saya memilihnya maka tinggal menjalankan dan mempertanggung jawabkan pilihan saya tersebut. Love FISIKA karena lebih nyata dan banyak hal yang dapat saya dapat baik ilmunya, dosennya yang luar biasa hebat, teman-teman yang top abis dan menyenangkan. Bismillah Guru professional muslimah insya ALLOH dapat saya raih, dan efek keberhailan saya bisa berdampak bagi orang banyak. Untuk orang tua saya saya ingin bisa berangkat haji dan menghajikan kedua orang tua saya dengan rejeki yang Alloh berikan kepada saya, menyekolahkan adik saya sampai lulus S1, lulus 4 tahun di tahun 2015, dan bermanfaat bagi sesame manusia.(amin). C. Bhaktiku untuk Pondokku Perlu adanya suatu hal yang ditingkatkan di pesantren tempat saya mengabdi. Beberapa hal yang akan saya lakukan sebagai santri yang pernah tinggal di tempat tersebut. Karena saya lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri UPI yang bernotabene setiap jebolannya adalah berkaitan dengan dunia pendidikan maka inovasi yang ingin dilakukan selama mengabdi di pondok adalah hal-hal yang berbasis pendidikan dan beberapa hal dianggap perlu untuk ditingkatkan yaitu sebagai berikut. 1. Ingin Menerapkan Kurikulum Al Azhar Kairo dalam Beberapa Mata Pelajaran Pesantren Al Furqon Singaparna-Tasikmalaya adalah pesantren modern Gontor yang kesehariannya menggunakan billigual language. Maka perlu adanya peningkatan basic bahasa karena di pondok kami ‘language is our crown’ berarti sesuatu yang penting untuk dijaga. Namun selama tinggal di sana dulu banyak anak-anak sering melanggar aturan menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Maka dari itu saya ingin meningkatkan mutu bahasa di pesantren saya terutama bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang banyak dicari di era sekarang ini. Menggunakan kurikulum Al Azhar Cairo untuk mata pelajaran Bahasa Arab, Islamic Studies dan Tahfidz Al Qur’an. Sedangkan untuk kurikulum Diknas tetap berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sehingga dengan harapan dapat meluluskan siswa berkualitas dengan cara: Menanam sejak dini nilai-nilai Islam yang bersifat universal, menjadikan Al Qur’an hidup di dalam pribadi anak dengan program tahfidz (penguasaan 18 juz dalam 6 tahun, dengan metode Al-Azhar Mesir) walaupun sebenarnya dari dulupun sudah ada program hafalan 6 juz selama 6 tahun namun terasa tidak ada pemahaman dan pengkajian khusus isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dan pembendaharan kosa kata bahasa Arab dari Al-Qur’an oleh sebab itu perlu ditingkatkan program hafalan yang telah ada ini dengan melihat cara yang diterapkan oleh Al-Azhar Kairo, menjadikan anak akrab dengan Bahasa Arab standar (penguasaan 2000 kosa kata) karena seringnya menggunakan bahasa Arab di mata pelajaran Bahasa Arab, Islamic Studies dan Tahfidz Al Qur’an walaupun sebenarnya pondok saya pun dalam pembelajaran beberapa mata pelajaran pondok sudah menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar pendidikan namun alangkah lebih baiknya jika berstandarkan bahasa Arab Internasional atau kalau perlu ada dosen langsung dari Al- Azhar yang mengajarkannya sehingga selain sesuai dengan dengan bahasa Arab yang sering digunakan di Arab dan beberapa Negara berbahasa arab juga dengan mudah lulusan pesantren Al-Furqon bisa menempuh jenjang yang lebih tinggi bertaraf Internasional misalnya dapat meneruskan kuliah di Kairo. Adapun penerapkan hafalan Al Qur’an dengan target menguasai 18 juz, menggunakan metode Al-Azhar Cairo yang pernah saya baca yaitu: Metode Talaqqi (langsung dibacakan oleh guru dan diikuti oleh murid), Metode Baca Bersama (untuk mengulang), Metode Saling Bersambut (untuk mengulang), Metode Baca Tulis (bagi siswa di atas kelas III), Metode melalui Multi Media (komputer). 2. Ingin Mengurangi Vandalisme dengan Cara Grafiti Dari pengalaman yang saya rasakan selama di pondok banyak sekali bakat seni yang terpendam dalam diri santri namun tidak tereksplorasi dengan baik sehingga cenderung melakukan vandalisme yaitu mencorat-coret fasilitas umum berupa perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi. Maka bakat-bakat seni yang dimiliki santri itu perlu dikembangkan dan disediakan tempat sehingga tidak dirasa perbuatan yang tidak baik dengan menggambar, atau mencorat-coret di tempat fasilitas umum, di tembok dan di meja kelas. Untuk mengendalikan tindakan vandalism dalam hal ini graffiti dapat mengapresiasikan bakat seni santri dengan cara menyediakan dinding-dinding untuk graffiti. Di pondok saya ada dinding-dinding yang menurut saya lebih baik dihiasi dengan graffiti. Pada dasarnya graffiti adalah seni dan berkaitan dengan keindahan dekorasi, namun remaja saat ini menggunakan potensinya yang positif tersebut tidak pada tempatnya. Ini disebabkan karena tidak adanya lingkungan yang positif tempat mereka menyalurkan potensi mereka sehingga dianggap merusak fasilitas dengan corat-coret mereka. Kegiatan ini diharapkan mampu mengembangkan kreativitas santri kearah yang lebih positif. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan membuat coretan-coretan di pagar sekolah yang berisi tentang pelajaran, kata- kata mutiara atau kaligrafi. 3. Ingin Pembina Pengembangan Ekstrakulikuler Jurnalistik Al-Furqon Post Al-Furqon Post, merupakan salah satu ektrakulikuler di pesantren saya dan saya alpernah mengikuti serta menjadi ketua ekstra kulikuler tersebut. Maka dari itu ingin sekali melakukan pengembangan ekstrakulikuler ini. Ekstrakulikuler Al-Furqon Post ini ada di bidang jurnalistik yang kegiatannya hanya berkutat di mading saja karya yang dihasilkannya. Saya ingin mengembangkan ektrakulikuler ini dengan cara melatih para santri sehingga dirasakan seperti sang jurnalis yang sebenarnya, merutinkan kembali pembuatan majalah atau buletin pondok, memantau setiap hal demi pengembangan santri di bidang kepenulisan dan jurnalistik. Dirasakan oleh saya sendiri bahwa hal-hal yang berupa karya-karya tulis adalah hal penting yang harus dikuasai oleh kita karena selama masuk Perguruan Tinggi pembuatan tulisan baik berupa makalah, jurnal, laporan praktikum, bahkan skipsi, mengedit dan menyusunan tulisan adalah sesuatu yang sering dilakukan selama kuliah maka perlu pelatihan sejak dini salah satunya dengan pengembangan ektrakulikuler jurnalistik ini. Yakinlah bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak pada kehidupan kita berikutnya. Perlu adanya kejadian yang bisa menjadi langkah besar menuju kesuksesan itu. Perlu adanya perjuangan, ada hal yang dikorbankan, dan tentu tidak terlepas dari gaya luar yang diberikan orang-orang disekitar kita (mamah inilah jawaban atas do’a di setiap sholat malammu). Langkah-langkah kecil itulah yang akan mengantarkan kita kepada langkah besar kesuksesan. Sekian… Wa’alaikumsalam. Wr.Wb November 2012 ANNISA PERMATA SARI

mother's day

Mother’s Day “Mah, aku mencintaimu karena Alloh…” Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih). Ibu setiap hari adalah hari ibu bukan hanya tanggal 22 Desember saja. Begitu Alloh menyayangimu wahai ibu sampai dalam hadist pun siapa yang berhak memperoleh pelayanan dan persahabatan. Rasulullah menjawab 3 kali berturut-turut, ibumu…ibumu…ibumu…kemudian ayahmu. Hari ibu tidak ada hari ayah. Semua orang di dunia ini mengakui dahsyatnya kasih sayang seorang ibu sampai diperingati hari ibu sedunia. Karena engkau adalah orang yang kuat, kerelaamu dan kasih sayangmu yang tiada tara untuk anak-anakmu. Surga ada di telapak kaki ibu saking benar-benar kemudahan dan kesuksesan seorang anak ada pada setiap ridho ibunya. Terima kasih untuk seluruh ibu di dunia ini, terutama untuk mamah saya tercinta… tanpamu aku takkan seperti ini ku yakin semua orang tidak akan seperti ini tanpa dekapan kasih ibu mereka. Jika dulu saat melahirkanku kau memilih yang anak saya yang hidup maka jika pilihan itu dating padaku saat ini biarlah aku yang harus pergi. Tetaplah engkau menjadi ibu untuk anak-anakmu yang lain. Ingin rasanya selalu bisa membuatmu tersenyum bangga padaku Janjiku padamu, mah… aku takkan mengecewakanmu, aku bisa membuatmu bangga padaku. Do’akan anakmu ini supaya bisa menjadi orang sukses dunia akhirat. Ya Alloh, kabulkan do’aku untuk selalu membahagiakan kedua orang tuaku, bisa pergi ke Mekah bersama mamah dan bapa, bisa menyekolahkan adikku sampai sarjana, bisa lulus S1 di UPI ini tahun 2015 di wisuda gelombang 1, mudahkan setiap langkahku, bisa menjadi guru yang memberikan yang terbaik untuk anak didiknya kelak, membuat mereka paham, mengerti, senang belajar denganku, akupun tidak asal-asalan dalam menyampaikan pelajaran kepada mereka oleh sebab itu saat aku mencari ilmu (kuliah ini) apa yang aku baca, dengar, rasakan, lihat dll bisa aku mengerti dan paham sehigga aku bisa amanah dalam menyampaikan ilmu yang telah ku dapat kepada anak-anak didikku,,, mudahkan ya Alloh,,, amin ya Rabbal’alamin…. Ibu terima kasih atas do’a-doamu di setiap sholat malammu…